Jangan Salah, Ini Arti Sebenarnya Apa itu Disabilitas

Jangan Salah, Ini Arti Sebenarnya Apa itu Disabilitas

Pernahkah kamu mendengar kata “disabilitas” dan langsung berpikir tentang seseorang yang tidak bisa berjalan atau mendengar?

Banyak orang mungkin punya pandangan Disabilitas fisik merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan fungsi fisik tubuh.seperti itu, tetapi tahukah kamu kalau arti disabilitas sebenarnya jauh lebih kompleks?

Disabilitas bukan hanya soal keterbatasan fisik, tapi juga bisa meliputi banyak aspek lainnya, seperti sensorik, intelektual, atau bahkan mental.

Mungkin selama ini kita hanya mengenal disabilitas dari permukaan saja, tanpa memahami lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya dimaksud dengan istilah ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas dengan lebih jelas dan lengkap, supaya kamu nggak salah paham lagi tentang arti sesungguhnya dari disabilitas. Yuk, simak!

 

Makna Sebenarnya Apa itu Disabilitas

 

Menurut WHO (World Health Organization)

Menurut WHO (World Health Organization), disabilitas adalah istilah umum yang mencakup gangguan fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas, dan hambatan partisipasi.

Kondisi ini terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan hambatan fisik, mental, intelektual, atau sensorik tertentu dengan lingkungan atau sikap masyarakat yang kurang mendukung.

Disabilitas bukan hanya tentang keterbatasan fisik, tetapi juga bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.

 

Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 2016

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, disabilitas didefinisikan sebagai setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat menghadapi hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif.

Undang-undang ini menekankan pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas agar mereka dapat menjalani kehidupan yang setara dengan masyarakat lainnya.

Baik menurut WHO maupun UU tersebut, disabilitas bukanlah kelemahan, melainkan bagian dari keberagaman manusia yang memerlukan dukungan dan penghormatan hak.

 

Paradigma dalam Memahami Disabilitas

Disabilitas dapat dipahami melalui berbagai paradigma yang memberikan sudut pandang berbeda tentang penyebab, dampak, dan cara penanganannya. Dua paradigma utama yang sering digunakan adalah model medis dan model sosial.

 

Model Medis

Model medis melihat disabilitas sebagai suatu kondisi individu yang disebabkan oleh gangguan fisik, mental, atau sensorik.

Dalam paradigma ini, disabilitas dianggap sebagai masalah kesehatan yang perlu diperbaiki atau dihilangkan melalui intervensi medis seperti terapi, pengobatan, atau operasi.

Fokus utama model medis adalah pada diagnosa dan pengobatan, sehingga individu dengan disabilitas sering kali dilihat sebagai pasien yang memerlukan perawatan.

Meskipun pendekatan ini penting untuk mengatasi masalah kesehatan, model medis sering kali mengabaikan aspek sosial dan lingkungan yang memengaruhi kualitas hidup penyandang disabilitas.

 

Model Sosial

Berbeda dengan model medis, model sosial memahami disabilitas sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan hambatan fisik, mental, atau sensorik dan lingkungan sosial yang tidak inklusif.

Dalam paradigma ini, masalah utama bukan pada individu, melainkan pada sikap masyarakat dan desain lingkungan yang tidak mendukung kebutuhan semua orang.

Contohnya, kurangnya aksesibilitas di tempat umum atau diskriminasi di tempat kerja menjadi faktor yang membatasi partisipasi penyandang disabilitas.

Model sosial menekankan pentingnya mengubah masyarakat agar lebih inklusif, misalnya melalui kebijakan yang adil, peningkatan kesadaran, dan penyediaan fasilitas ramah disabilitas.

Kedua paradigma ini saling melengkapi dalam memahami disabilitas. Model medis membantu menangani kebutuhan individu, sementara model sosial mendorong perubahan lingkungan dan sikap masyarakat untuk menciptakan kesetaraan.

 

Jenis-Jenis Disabilitas

Disabilitas dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang. Berikut penjelasan dari setiap jenis disabilitas:

 

1. Disabilitas Fisik

Disabilitas fisik adalah kondisi yang menyebabkan keterbatasan pada fungsi fisik seseorang, baik akibat kelainan bawaan, penyakit, kecelakaan, maupun kondisi medis lainnya.

Gangguan ini dapat berupa gangguan gerak seperti kelumpuhan, cerebral palsy, atau amputasi, gangguan koordinasi seperti kesulitan menjaga keseimbangan atau melakukan gerakan kompleks, dan gangguan postur seperti skoliosis atau kifosis.

Kondisi ini sering kali membuat seseorang memerlukan alat bantu seperti kursi roda atau alat penyangga untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

 

2. Disabilitas Sensorik

Disabilitas sensorik memengaruhi fungsi indera, seperti penglihatan dan pendengaran. Contohnya adalah tunanetra, baik kehilangan penglihatan sebagian maupun total, dan tunarungu, yang melibatkan gangguan pendengaran ringan hingga berat.

Orang dengan disabilitas sensorik sering memanfaatkan alat bantu seperti tongkat putih untuk tunanetra atau alat bantu dengar bagi tunarungu, yang membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan dan tetap aktif dalam kehidupan sehari-hari.

 

3. Disabilitas Intelektual

Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan dalam kemampuan berpikir, belajar, dan memecahkan masalah.

Contoh umum adalah sindrom Down, yang memengaruhi perkembangan fisik dan intelektual, serta Fragile X Syndrome yang merupakan gangguan genetik pada perkembangan otak.

Orang dengan disabilitas ini membutuhkan dukungan khusus untuk belajar dan beradaptasi dalam kehidupan sosial maupun pekerjaan.

 

4. Disabilitas Mental

Disabilitas mental adalah gangguan pada fungsi mental yang memengaruhi emosi, perilaku, dan kemampuan berpikir.

Contohnya adalah skizofrenia, yang ditandai dengan halusinasi dan delusi, gangguan bipolar dengan perubahan suasana hati yang ekstrem, serta depresi yang menyebabkan perasaan sedih berkepanjangan.

Dukungan dari keluarga, terapi, dan pengobatan sangat penting untuk membantu individu dengan disabilitas mental menjalani kehidupan yang lebih stabil.

 

5. Disabilitas Belajar

Disabilitas belajar adalah gangguan neurologis yang memengaruhi cara seseorang memproses informasi.

Contohnya adalah disleksia, yang menyebabkan kesulitan membaca dan menulis, diskalkulia yang mengganggu kemampuan memahami konsep matematika, serta ADHD, yang ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktivitas.

Orang dengan disabilitas belajar memerlukan metode pendidikan yang disesuaikan untuk membantu mereka memahami dan menguasai materi dengan cara yang efektif.

Setiap jenis disabilitas memerlukan pendekatan unik dalam penanganan dan dukungan untuk memastikan inklusi dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.

 

Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas

Saat berinteraksi dengan penyandang disabilitas, perlakukan mereka seperti orang lain tanpa membuat asumsi berdasarkan kondisi mereka.

Bicara langsung kepada mereka dengan bahasa yang jelas dan sederhana, tidak perlu melalui pendamping.

Jika Anda tidak yakin bagaimana membantu, cukup tanyakan apa yang mereka butuhkan.

Beri mereka ruang yang nyaman saat berbicara dan gunakan bahasa tubuh yang ramah.

Hormati privasi mereka dengan tidak menyentuh barang-barang tanpa izin. Jangan berasumsi Anda tahu apa yang mereka perlukan, lebih baik tanyakan langsung.

Dengarkan dengan baik, libatkan mereka dalam percakapan, dan hindari kata-kata yang merendahkan. Fokuslah pada kemampuan mereka, bukan keterbatasan.

Untuk penyandang disabilitas fisik, tawarkan bantuan tetapi jangan memaksakan diri, dan pastikan lingkungan mudah diakses.

Pada disabilitas sensorik, beri tahu keberadaan Anda, bicara dengan jelas, dan deskripsikan lingkungan jika mereka tunanetra. Untuk disabilitas intelektual, gunakan kalimat sederhana dan beri waktu mereka untuk merespons.

Sementara itu, pada disabilitas mental, bersikaplah sabar, hindari topik sensitif, dan berikan dukungan emosional.

Dengan sikap yang ramah dan menghargai, kita bisa menciptakan lingkungan yang nyaman dan inklusif bagi semua orang.